Sudah kita ketahui bersama bahwa selama ini sebagian
besar guru di Indonesia dalam mengajar menggunakan metode pembelajaran yang
tradisional seperti metode ceramah yaitu metode yang berorientasi pada guru,
disini siswa hanya dijadikan sebagai suatu objek yang harus patuh pada apa yang
disampaikan guru. Metode tersebut kurang efektif untuk diterapkan, sehingga
perlu adanya perubahan paradigma pembelajaran yang inovatif. Dengan metode yang
inovatif, pembelajaran tidak bersifat monoton, siswa menjadi aktif mengembangkan
kemampuan dan kreativitasnya.
Seperti yang disampaikan oleh Ebbutt, S. dan
Straker, A. (1995) bahwa hakekat matematika sekolah ada 4 definisi yaitu pertama, kegiatan penelusuran pola atau
hubungan, disini siswa diberi kesempatan untuk mencari pola-pola baru dalam
matematika, sehingga siswa menjadi aktif membangun pengetahuannya sendiri
sesuai dengan kemampuan dan pemahamannya melalui percobaan dan penelitian. Kedua, kegiatan kreativitas yang
melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan, guru menjadi fasilitator siswa
dalam mengembangkan kreativitas mereka, dengan metode inovatif siswa menjadi
kreatif, aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga mereka dapat
mennemukan ide atau gagasan mengenai
matematika dengan cara dan kemampuannya sendiri. Ketiga, problem solving atau pemecahan masalah, dengan metode
inovatif yang diterapkan dalam pembelajaran siswa menjadi mampu memecahkan
masalah dengan cara atau pola-pola yang telah ditemukan melalui percobaan sistematis
dengan tetap berfikir logis. Keempat,
komunikasi yang berguna untuk mengkomunikasikan informasi atau gagasan mengenai
matematika yang disajikan melalui diagram, grafik, rekaman, dll.
Dengan
berpedoman pada keempat definisi hakekat matematika sekolah tersebut diharapkan
guru dapat benar-benar menerapkan metode yang inovatif sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Support by: http://powermathematics.blogspot.com/2012/10/the-nature-of-mathematics-and-school.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar