Banyak
ilmu, informasi dan pengetahuan yang saya dapat dari artikel yang berisi dialog
Bapak ini, saya menjadi tahu bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi pikiran
awal seorang anak atau peserta didik, yaitu faktor genetik dan lingkungan.
Selama ini matematika yang diajarkan kepada siswa adalah dengan lebih menggunakan
teknik hafalan daripada menggunakan pemahaman tentang mekanisme dan logika.
Akibatnya, siswa hanya bisa memecahkan permasalah matematika yang mirip dengan
apa yang di berikan dikelas, tetapi apabila soal yang diberikan sedikit berbeda
dari apa yang diberikan sebelumnya, mereka tidak dapat menyelesaikan soal
tersebut. Saya setuju apabila permasalahan dalam pembelajaran matematika itu
terletak pada orang yang dewasa yaitu guru, dosen, dsb, bukan pada diri siswa.
Guru dalam kegiatan pemebalajaran sebenarnya berperan sebagai fasilitator siswa
dalam memenuhi kebutuhan peserta didik, metode pembelajaran yang diterapkan
harus inovatif atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Hakikat matematika adalah
diri siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran inovatif, siswa diberi kesempatan
untuk mengeksplor kemampuan dan potensinya, siswa diberi kebebasan untuk
membangun pengetuannya sendiri dan menemukan pola-pola baru. Seperti yang
diungkapkan oleh Ebbutt and Straker (1995) bahwa pembelajaran matematika
sebagai pembelajaran mengenai matematika dengan menempatkan matematika sebagai kegiatan penelusuran pola atau hubungaan,
kegiatan problem solving, kegiatan investigasi dan komunikasi. Sehingga dengan
sendirinya siswa akan dapat memecahkan permasalahan matematikanya sendiri
dengan caranya sendiri pula melalui pola-pola yang baru ditemukan siswa
tersebut, dan disini peran guru adalah sebagai fasilitator siswa dalam belajar.
Guru dapat membantu siswa belajar matematika dengan menyediakan
lingkungan yang menarik dan merangsang munculnya masalah matematika,
menunjukkan masalah dan membantu siswa menemukan serta menciptakan pengetahuannya
sendiri, membantu siswa untuk mengidentifikasi informasi apa yang mereka
butuhkan untuk memecahkan suatu masalah, mendorong siswa untuk berfikir logis, konsisten, bekerja secra sistematis
dan mengembangkan sistem perekaman, memastikan bahwa siswa mengembangkan dan
dapat menggunakan keterampilan matematika dan pengetahuan yang diperlukan untuk
memecahkan masalah, membantu mereka untuk mengetahui bagaimana dan kapan harus
menggunakan alat-alat matematika yang berbeda. Seperti yang disampaikan Bapak
pada artikel-artikel sebelumnya bahwa matematika itu adalah diri siswa itu
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar