Senin, 20 Mei 2013

REFLEKSI "Dialog Internasional 1 Pendidikan Matematika "

Banyak ilmu, informasi dan pengetahuan yang saya dapat dari artikel yang berisi dialog Bapak ini, saya menjadi tahu bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi pikiran awal seorang anak atau peserta didik, yaitu faktor genetik dan lingkungan. Selama ini matematika yang diajarkan kepada siswa adalah dengan lebih menggunakan teknik hafalan daripada menggunakan pemahaman tentang mekanisme dan logika. Akibatnya, siswa hanya bisa memecahkan permasalah matematika yang mirip dengan apa yang di berikan dikelas, tetapi apabila soal yang diberikan sedikit berbeda dari apa yang diberikan sebelumnya, mereka tidak dapat menyelesaikan soal tersebut. Saya setuju apabila permasalahan dalam pembelajaran matematika itu terletak pada orang yang dewasa yaitu guru, dosen, dsb, bukan pada diri siswa. Guru dalam kegiatan pemebalajaran sebenarnya berperan sebagai fasilitator siswa dalam memenuhi kebutuhan peserta didik, metode pembelajaran yang diterapkan harus inovatif atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Hakikat matematika adalah diri siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran inovatif, siswa diberi kesempatan untuk mengeksplor kemampuan dan potensinya, siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetuannya sendiri dan menemukan pola-pola baru. Seperti yang diungkapkan oleh Ebbutt and Straker (1995) bahwa pembelajaran matematika sebagai pembelajaran mengenai matematika dengan menempatkan matematika sebagai kegiatan penelusuran pola atau hubungaan, kegiatan problem solving, kegiatan investigasi dan komunikasi. Sehingga dengan sendirinya siswa akan dapat memecahkan permasalahan matematikanya sendiri dengan caranya sendiri pula melalui pola-pola yang baru ditemukan siswa tersebut, dan disini peran guru adalah sebagai fasilitator siswa dalam belajar. Guru dapat membantu siswa belajar matematika dengan menyediakan lingkungan yang menarik dan merangsang munculnya masalah matematika, menunjukkan masalah dan membantu siswa menemukan serta menciptakan pengetahuannya sendiri, membantu siswa untuk mengidentifikasi informasi apa yang mereka butuhkan untuk memecahkan suatu masalah, mendorong siswa untuk berfikir  logis, konsisten, bekerja secra sistematis dan mengembangkan sistem perekaman, memastikan bahwa siswa mengembangkan dan dapat menggunakan keterampilan matematika dan pengetahuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah, membantu mereka untuk mengetahui bagaimana dan kapan harus menggunakan alat-alat matematika yang berbeda. Seperti yang disampaikan Bapak pada artikel-artikel sebelumnya bahwa matematika itu adalah diri siswa itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar