Sabtu, 18 Mei 2013

REFLEKSI "Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 9: School Mathematics "


     Saya sependapat dengan apa yang Bapak sampaikan dalam artikel ini, bahwasannya anak dalam mempelajari matematika di ibaratkan sebagai arsitek bagi dirinya sendiri dalam membangun bangunan matematika dalam pikirannya. Sehingga matematika itu tidak lain tidak bukan adalah pikiran para siswa itu sendiri. Maksud dari pernyataan tersebut adalah siswa mampu memahami dan membangun konsep matematika melalui logika atau penalarannya yang bersifat analitik a priori dan  siswa mampu memahami serta membangun konsep matematika melalui pengamatannya terhadap fenomena matematika yang bersifat sintetik a posteriori. Sehingga memunculkan perpaduan kedua asumsi tersebut yang bersifat sintetik a priori.     
      Matematika dikatakan sebuah ilmu jika memiliki sifat sintetik a priori (logika dan pengamatan). Disini guru berperan sebagai fasilitator dalam mengembangkan kemampuan dan potensi siswa dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai hakekat siswa belajar matematika, sehingga siswa dapak mengeksplor dan membangun pengetahuannya sendiri tanpa kehilangan intuisi matematikanya. Dengan adanya architectonic mathematics, kita sebagai calon guru dapat mengembangkan pembelajaran inovatif yang berorientasi pada siswa, sehingga para siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri sesuai dengan penalarannya dan pengamatannya.

thanks to: Prof. Dr. Marsigit, MA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar