Begitu mulianya Rasulullah, sehingga dapat memandang
wajah Rasulullah adalah keinginan semua umat muslim di dunia. Memandang
rasulullah tidaklah dapat dengan mata kepala, namun dengan mata hati lah kita
dapat memandang-Nya. Hati yang dimaksud adalah hati yang bersinar dan bersih
dari penyakit hati, hati yang ikhlas hanya mengharap ridha Allah. Itulah mata
hati yang dapat merasakan dan memandang sinar Rasulullah. Sebenar-benar sinar mata hati kita itu
ternyata adalah ruh kita sendiri. Sebagaimana yang Bapak sampaikan dalam elegi
ini bahwa “Janganlah aku hanya merasa
pernah atau akan, tetapi berilah aku telah, sedang dan terus memandang Wajahmu
ya Rasulullah baik ketika aku masih hidup maupun setelah matiku”. Semoga kelak
kita dapat berkumpul dengan Rasulullah di syurga Allah. Amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar