Senin, 17 Juni 2013

REFLEKSI "Elegi Pemberontakan Para Mitos"


Sebelum membaca elegi ini, yang saya tau mitos itu sebuah kepercayaan yang sudah turun-temurun di mana di dalamnya mengandung hal-hal yang mistis dan di luar akal sehat manusia. Namun, ternyata setelah membaca Elegi Pemberontakan Para Mitos ini, ternyata sebagian dari ilmu kita itu berasal dari mitos. Tidak selamanya mitos itu mengandung makna negative. Mitos juga memberikan manfaat bagi kita, hanya saja kita harus dapat menempatkan mitos pada tempatnya ruang dan waktu. Sehingga dengan mitos tersebut kita akan terus-menerus berikhtiar untuk menggapai logos/pengetahuan. Amin.

REFLEKSI "Elegi Menggapai "Kant's Transcendental Logic in the Critique of Pure Reason"


Kant menguraikan gagasan logika transendental dalam Bagian Kedua dari "Ajaran Transendental The Elements" dari "Critique of Pure Reason" ada empat sub topik yang dibahas yaitu :
  • Logika secara umum,
  • Transendental Logic,
  • Divisi Logic Umum ke Analitik dan Dialektika,
  • Logika dan Divisi Transendental ke Analytic Transendental dan Dialektika.

REFLEKSI "Elegi Menggapai "Kant's Discovery of all Pure Concepts of the Understanding"

Pemahaman murni adalah sumber dari semua prinsip, aturan dalam hal itu yang terjadi, dan prinsip-prinsip sesuai dengan segala sesuatu yang dapat disajikan kepada kita sebagai objek yang harus sesuai dengan aturan. Matematika itu bersifat sintetik a priori. Menurut Imanuel Kant, pengetahuan merupakan gabungan dari dua unsur yaitu analitik a priori dan sintetik a posteriori. Analitik a priori yaitu lebih mengutamakan logika dan penalaran dalam mempelajari matematika. Sedangkan sintetik a posteriori yaitu pengalaman yang kita dapatkan untuk menjadi pembelajaran yang penting bagi kita.  Dalam mempelajari matematika, logika dan pengalaman harus berjalan dengan selaras. Sehingga, dengan keduanya akan terbangun intuisi pada diri siswa.

REFLEKSI "Forum tanya Jawab 54: Dialog Filsafat ke dua"


Belajar filsafat itu memang sulit, namun dalam mempelajarinya harus secara continue dan tidak boleh sepenggal-penggal, karena akan menimbulkan gambaran yang tidak lengkap pula. Seperti yang Bapak Marsigit terapkan, bahwa dalam membelajarkan filsafat kepada mahasiswanya Bapak melayani kebutuhan kami dan membiarkan kami untuk membangun filsafat kami sendiri, dengan begitu kami akan mudah untuk memahaminya. Seperti penggalan kalimat Bapak : “Belajar adalah sintesis dari tesis-tesis dan anti-tesis anti tesis dari segala yang ada dan yang mungkin ada dari diriku maupun dari luar diriku yang merentang dalam ruang dan waktu, dengan cara menterjemahkan dan diterjemahkan, baik secara intensif maupun ekstensif”. Sehingga, melalui blog Bapak ini kami dapat belajar banyak mengenai matematika, filsafat, dll, karena sebenarnya belajar itu dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan secara kontinu. Untuk itu, kita perlu membaca dan memahami elegi-elegi dalam blog ini dengan ikhlas, sehingga apa yang kita peroleh dapat bermanfaat. Amin..

REFLEKSI "Thompson’s Nurturing of Mathematical Intuition"


Thompson menyatakan bahwa intuisi dalam matematika dicirikan sebagai tumbuhnya elemen hidup akal kita, sebuah fleksibilitas intelektual dengan konsep kita sekarang tentang struktur abstrak dan hubungan antara struktur ini, kita harus mengakui bahwa isinya variabel dan tunduk pada kekuatan budaya dalam banyak cara yang sama seperti unsur budaya lainnya.
Intuisi merupakan suatu yang tidak diketahui datangnya darimana, kapan, dan bagaimana, namun, intuisi sangat penting dalam memecahkan masalah matematika bagi siswa. intuisi di peroleh dari pengalaman siswa itu sendiri.

REFLEKSI "Forum Tanya Jawab 53: Dialog Filsafat"

Filsafat meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada, seperti  kehidupan sehari-hari kita ini meliputi yang ada dan yang mungkin ada, maka kehidupan kita ini  adalah filsafat. Walaupun memahami dan mempelajari filsafat itu sulit, namun belajar filsafat itu tidak boleh sepotong-potong atau sepenggal-penggal. Hal tersebut dapat menimbulkan sebuah gambaran yang tidak lengkap pula. filsafat tidak dapat digunakan di sembarang tempat yang tidak sesuai dengan ruang dan waktunya. Cotohnya seperti saat kita berbicara dengan anak kecil mengenai hakikat sesuatu hal, maka kita telah menggunakan filsafat yang tidak sesuai dengan ruang dan waktunya.