Senin, 20 Mei 2013

REFLEKSI "Mathematics and Language 2"


Pada hakikatnya matematika adalah diri siswa itu sendiri, selama ini yang terjadi ialah guru masih menerapkan pembelajaran tradisional yang menjadikan siswa hanya sebagai suatu objek yang dipaksa untuk menganggap bahwa matematika itu indah. Matematika tidak dapat dipaksakan kepada siswa, karena hal tersebut akan menjadi bencana bagi siswa itu sendiri. Hal tersebut bisa terjadi karena metode pembelajaran yang di terapkan oleh guru monoton dan kurang adanya suatu persiapan dalam pembelajaran oleh seorang guru. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran harus ada persiapan, baik itu persiapan umum maupun persiapan khusus dan guru harus mampu menerapkan pembelajaran yang kratif dan inovatif, sehingga siswa tidak merasa terbebani dan dengan sendirinya mereka akan merasa nyaman dan senang dengan matematika tanpa adanya suatu paksaan dari gurunya, karena kesenangan terhadap matematika yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri akan lebih bertahan lama. Apabila siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang terhadap matematika, seorang guru harus segera  menyadari bahwa pasti ada suatu kesalahan pada guru tersebut, karena dalam pembelajaran inovatif guru tidak akan menyalahkan siswanya, melainkan guru akan mengarahkan dan membimbing siswanya. Dalam pembelajaran yang kreatif dan inovatif guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa, sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri dan mereka cenderung lebih mudah memahami matematika dengan sendirinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar