Minggu, 19 Mei 2013

REFLEKSI "Elegi Ritual Ikhlas 24: Menggapai Doa dan Ikhtiar "

    Suatu harapan dan cita-cita dapat diraih dengan dua cara yaitu ikhtiar dan berdo’a. Keduanya harus berjalan seimbang dan bersinergis. Seperti yang dijelaskan pada elegi ini bahwa sebenar-benar hidup adalah dinamika interaktif antara dua kutub Fatalisme dan Vitalisme. Maksudnya ialah orang yang hanya mengandalkan takdir atau do’a itu termasuk golongan kaum Fatal, contohnya  yaitu putus asa, patah semangat, loyo, tak bergairah, nrima ing pandum padahal bisa berusaha, tak mau memanfaatkan kesempatan, tak mau menambah ilmu, tidak mau bersilaturakhim, merasa puas dengan pencapaian sementara, ambil jalan singkat, hantam kromo, tak mau berkorban, tak mau kerja keras, apatis, pasif, menyerah sebelum bertanding.
    Sedangkan orang yang hanya mengandalkan ikhtiar tanpa mempercayai do’a itu termasuk golongan kaum Vital, contohnya seperti ombong, congkak, merasa bisa mengatur dunia, tertutup, menepuk dada, mengabaikan sekitar, eksploitatif, monopoli, arogan, menang sendiri, pendekatan kekuatan atau kekuasaan, otoriter, mendominasi, melupakan masa lalu, materialisme, pragmatisme, korupsi, nepotisme, kolusi, membanggakan overdosis teknologi, mafia, zionis, hitler, marxis, hedonisme, utilitarian, eksplorasi tak peduli dampak, kapitalis, komunis, parsialisme, reductionisme, bersenang-senang, cinta harta, senang dipuja, ambisius overdosis, terlalu kenyang, terlalu banyak tidur. Na’udzubillah...
     Dalam berikhtiar dan berdo’a kita harus ikhlas dengan tujuan mengapai ridha Allah. Kita jangan samapi terlena dengan duniawi, kita harus ingat bahwa kita hidup di dunia hanya untuk mengabdi pada Allah semata. Walaupun kita sudah berikhtiar dan berdoa, namun semua keputusan berada di tangan Allah SWT. Sungguh Allah Maha Adil, Allah mengetahui keputusan dan rencana yang terbaik untuk hambanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar