Dalam metode deduksi-induksi terdapat 2 cara
berpikir yaitu cara berpikir induksi dan deduksi. Pada matematika formal yang
pertama kali dilakukan adalah tetapkan definisi, buat aksioma, lalu dibuat
teorema, teorema baru dst, kemudian dipecahkan permasalahannya. Hal tersebut
yang disebut dengan metode deduksi. Proses pemecahan masalah dengan metode deduksi
merupakan proses pemecahan masalah dari kesan umum ke kesan khusus. Sedangkan
pada metode induksi merupakan proses menyimpulkan dari hal yang kecil atau khusus
menuju umum. Dengan kata lain dalam memahami sesuatu menggunakan metode deduksi
dan dalam menyimpulkannya menggunakan metode induksi. Namun, keduanya selalu bersinergi
dan dalam kehidupan sehari-hari metode deduksi-induksi bersifat dinamis, perbandingan
intensitas antara kedua metode tersebut disesuaikan.
Ilmu secara filsafat menyatakan bahwa
“setinggi-tinggi ilmu dalam filsafat adalah sopan dan santun”. Jika ingin
memberikan pembelajaran matematika secara efektif seorang guru harus bersikap
sopan dan santun terhadap siswa, matematika serta metodenya pula, sehingga pembelajaran
akan berjalan sesuai dengan tujuan. Perlu disadari bahwa selama ini guru
cenderung menggunakan metode tradisional seperti metode ceramah yang atau
metode klasikal yaitu metode yang hanya berorientasi pada guru saja. Sehingga
saat ini perlu adanya perubahan paradigma pembelajaran yang inovatif.
Pembelajaran inovatif tidak pernah menyalahkan siswa bagaimanapun keadaannya, justru
hal tersebut merupakan tantangan bagi seorang guru mampu membelajarkan agar
siswa sadar dan ikhtiar, karena metode inovatif ini guru berperan sebagai
fasilitator dan pembimbing dari para siswa. Dalam metode inovatif tidak hanya
menggunakan metode diskusi saja, tapi dapat juga menggunakan metode online,
latihan, kerja praktek di laboratorium dan refleksi, baik refleksi kelas
ataupun diluar kelas. Sebenarnya yang menjadi permasalahan siswa dalam
pembelajaran matematika adalah pada gurunya, karena metode diskusi belum
dibiasakan dan pelaksanaannya belum tepat sesuai kriteria. Banyak faktor
pendidikan, salah satunya faktor kebijakan pemerintahan, sebagai seorang guru
harus melaksanakan kebijakan-kebijkan pemerintah. Faktor sistem pemerintah
menentukan proses pembelajaran, guru yang hanya tunduk pada aturan tanpa
mengetahui makna dari peraturan tersebut, maka guru tersebut kehilangan
intuisinya atau hati nuraninya. Sebagai guru yang hakiki harus mempunyai rasa
kemanusiaan, sehingga kita sebagai calon guru mempunyai tanggungjawab besar dan
tantangan tersendiri dalam membimbing siswa, sehingga tujuan dari pembelajaran
tersebut dapat tercapai.
Intuisi merupakan pemahaman atau pengetahuan yang
tidak dapat dijelaskan atau didefinisikan baik kapan waktu terjadinya dan
dimana tempatnya, intuisi berjalan begitu saja melalui komunikasi material,
formal, normatif dan spiritual. Intuisi merupakan ilham yaitu pencerahan yang
begitu saja turun dan tidak diketahui datangnya darimana. Namun, intuisi sangat
penting bagi semua orang termasuk kita sebagai calon seorang guru, sehingga
intuisi perlu dikemabangkan dan diberdayakan dalam diri kita. Ada macam-macam
intuisi yaitu intuisi ruang, intuisi waktu, intuisi kebendaan, intuisi jarak,
intuisi kedalaman, dll.
Untuk inovasi pembelajaran matematika saat ini
sangat memprihatinkan, karena saat ini guru cenderung merampas intuisi siswa
dengan royal dalam mendefinisikan matematika. Hampir 99 % guru di Indonesia
tidak sopan terhadap matematika, karena selama ini guru cenderung mengajarkan
metematika formal terhadap siswanya, sehingga pembelajaran matematika menjadi
tidak menyenangkan, menyusahkan dan membebani siswa. Semua itu harus berangkat
dari tindakan, material, pergaulan, observasi benda-benda kongkrit dst. Oleh
sebab itu, intuisi sangat penting dikembangkan pada kita terutama pada siswa
melalui pembelajaran yang inovatif dengan memusatkan pembelajaran pada siswa.
Sehingga mereka dapat mengembangkan potensi dan kemampuan mereka. Dengan adanya
intuisi yang dimiliki oleh siswa, siswa dapat memecahkan permasalahan dalam
matematika dan mereka dapat memahami matematika dengan mudah menggunakan cara
mereka sendiri, karena intuisi diperoleh lewat pergaulan atau interaksi dan
pengalaman (experience) dari orang tersebut. Intuisi ada pada tindakan,
kata-kata, pikiran dan hati, sehingga apabila kita membiasakan tindakan,
kata-kata, pikiran dan hati kita baik maka intuisi kita pun baik.
Sesungguhnya
sopan santun dalam pembelajaran matematika adalah tidak lain ilmu itu sendiri.
Ilmu terdiri dari pikiran dan pengalaman, maksudnya ialah bahwa pikiran itu
berasal dari logika atau penalaran yang bersifat analitik a priori, sedangkan
pengalaman didapat dari pengamatan terhadap fenomena matematika yang bersifat
sintetik a posteriori. Yang keduannya jika dipadukan akan bersifat sintetik a
priori dan matematika dikatakan senagai ilmu apabila bersifat sintetik a
priori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar