Kamis, 14 Maret 2013

Risalah Pendidikan


 Dalam metode deduksi-induksi terdapat 2 cara berpikir yaitu cara berpikir induksi dan deduksi. Pada matematika formal yang pertama kali dilakukan adalah tetapkan definisi, buat aksioma, lalu dibuat teorema, teorema baru dst, kemudian dipecahkan permasalahannya. Hal tersebut yang disebut dengan metode deduksi. Proses pemecahan masalah dengan metode deduksi merupakan proses pemecahan masalah dari kesan umum ke kesan khusus. Sedangkan pada metode induksi merupakan proses menyimpulkan dari hal yang kecil atau khusus menuju umum. Dengan kata lain dalam memahami sesuatu menggunakan metode deduksi dan dalam menyimpulkannya menggunakan metode induksi. Namun, keduanya selalu bersinergi dan dalam kehidupan sehari-hari metode deduksi-induksi bersifat dinamis, perbandingan intensitas antara kedua metode tersebut disesuaikan.
Ilmu secara filsafat menyatakan bahwa “setinggi-tinggi ilmu dalam filsafat adalah sopan dan santun”. Jika ingin memberikan pembelajaran matematika secara efektif seorang guru harus bersikap sopan dan santun terhadap siswa, matematika serta metodenya pula, sehingga pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuan. Perlu disadari bahwa selama ini guru cenderung menggunakan metode tradisional seperti metode ceramah yang atau metode klasikal yaitu metode yang hanya berorientasi pada guru saja. Sehingga saat ini perlu adanya perubahan paradigma pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran inovatif tidak pernah menyalahkan siswa bagaimanapun keadaannya, justru hal tersebut merupakan tantangan bagi seorang guru mampu membelajarkan agar siswa sadar dan ikhtiar, karena metode inovatif ini guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing dari para siswa. Dalam metode inovatif tidak hanya menggunakan metode diskusi saja, tapi dapat juga menggunakan metode online, latihan, kerja praktek di laboratorium dan refleksi, baik refleksi kelas ataupun diluar kelas. Sebenarnya yang menjadi permasalahan siswa dalam pembelajaran matematika adalah pada gurunya, karena metode diskusi belum dibiasakan dan pelaksanaannya belum tepat sesuai kriteria. Banyak faktor pendidikan, salah satunya faktor kebijakan pemerintahan, sebagai seorang guru harus melaksanakan kebijakan-kebijkan pemerintah. Faktor sistem pemerintah menentukan proses pembelajaran, guru yang hanya tunduk pada aturan tanpa mengetahui makna dari peraturan tersebut, maka guru tersebut kehilangan intuisinya atau hati nuraninya. Sebagai guru yang hakiki harus mempunyai rasa kemanusiaan, sehingga kita sebagai calon guru mempunyai tanggungjawab besar dan tantangan tersendiri dalam membimbing siswa, sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Intuisi merupakan pemahaman atau pengetahuan yang tidak dapat dijelaskan atau didefinisikan baik kapan waktu terjadinya dan dimana tempatnya, intuisi berjalan begitu saja melalui komunikasi material, formal, normatif dan spiritual. Intuisi merupakan ilham yaitu pencerahan yang begitu saja turun dan tidak diketahui datangnya darimana. Namun, intuisi sangat penting bagi semua orang termasuk kita sebagai calon seorang guru, sehingga intuisi perlu dikemabangkan dan diberdayakan dalam diri kita. Ada macam-macam intuisi yaitu intuisi ruang, intuisi waktu, intuisi kebendaan, intuisi jarak, intuisi kedalaman, dll.
Untuk inovasi pembelajaran matematika saat ini sangat memprihatinkan, karena saat ini guru cenderung merampas intuisi siswa dengan royal dalam mendefinisikan matematika. Hampir 99 % guru di Indonesia tidak sopan terhadap matematika, karena selama ini guru cenderung mengajarkan metematika formal terhadap siswanya, sehingga pembelajaran matematika menjadi tidak menyenangkan, menyusahkan dan membebani siswa. Semua itu harus berangkat dari tindakan, material, pergaulan, observasi benda-benda kongkrit dst. Oleh sebab itu, intuisi sangat penting dikembangkan pada kita terutama pada siswa melalui pembelajaran yang inovatif dengan memusatkan pembelajaran pada siswa. Sehingga mereka dapat mengembangkan potensi dan kemampuan mereka. Dengan adanya intuisi yang dimiliki oleh siswa, siswa dapat memecahkan permasalahan dalam matematika dan mereka dapat memahami matematika dengan mudah menggunakan cara mereka sendiri, karena intuisi diperoleh lewat pergaulan atau interaksi dan pengalaman (experience) dari orang tersebut. Intuisi ada pada tindakan, kata-kata, pikiran dan hati, sehingga apabila kita membiasakan tindakan, kata-kata, pikiran dan hati kita baik maka intuisi kita pun baik.
            Sesungguhnya sopan santun dalam pembelajaran matematika adalah tidak lain ilmu itu sendiri. Ilmu terdiri dari pikiran dan pengalaman, maksudnya ialah bahwa pikiran itu berasal dari logika atau penalaran yang bersifat analitik a priori, sedangkan pengalaman didapat dari pengamatan terhadap fenomena matematika yang bersifat sintetik a posteriori. Yang keduannya jika dipadukan akan bersifat sintetik a priori dan matematika dikatakan senagai ilmu apabila bersifat sintetik a priori.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar