Kamis, 14 Maret 2013

Belajar dari Negara Jepang



 Disini saya mencoba merefleksikan apa yang saya tangkap dari video yang Bapak Marsigit tayangkan untuk kami mengenai pembelajaran matematika kelas 2 SD di Jepang, tayangan tersebut membuat saya kagum dengan pendidikan di Negara Jepang. Dari video tersebut sangat tampak bahwa kualitas pendidikan di Jepang memang sangat jauh lebih tinggi di bandingkan dengan Indonesia. Saat kegiatan pembelajaran kelas di mulai sangat terlihat bahwa guru sudah melakukan persiapan, baik itu persiapan khusus maupun persiapan umum. Pada awal pembelajaran berlangsung, guru memberikan konsep awal materi semacam apersepsi untuk memotivasi siswa agar mereka lebih konsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung. Disini terjadi interaksi antar guru dengan siswa dan sebaliknya.
Di dalam kelas terdapat dua guru yang saling bekerja sama membimbing siswa-siswanya, guru yang pertama sebagai pembimbing sekaligus mengarahkan diskusi dalam skala besar di kelas. Sedangkan guru yang kedua berperan sebagai pembimbing dalam skala kecil (kelompok atau individu). Namun, kedua guru tersebut bekerja sama mengatur jalannya diskusi di kelas, sehingga pembelajaran matematika berjalan saling bersinergi.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidikan di Negara Jepang adalah metode pembelajaran yang inovatif, salah satunya adalah metode diskusi. Siswa di bagi dalam kelompok-kelompok kecil dan guru membagikan LKS yang dibuat oleh gurunya sendiri dan didalamnya tidak hanya berisi kumpulan-kumpulan soal saja, melainkan berisi informasi-informasi yang dapat menggugah siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Dalam diskusi siswa terlihat sangat aktif dalam mengemukakan pendapatnya atau pemahamnnya, mereka terlihat mandiri dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, padahal usia mereka masih sangat muda. Dalam menyampaikan jawaban atau pendapat, mereka tidak takut dengan guru, namun mereka tetap menghormati guru-guru mereka. Karena disana guru tidak akan menyalahkan siswanya, melainkan guru akan mengarahkan dan membimbing siswa sampai mereka dapat menemukan jawaban atau gagasan yang benar dengan cara dan pemahaman mereka sendiri. Dalam pembelajaran yang inovatif di Jepang, siswa benar-benar diberi kesempatan untuk mengeksplor kemampuan dan potensinya serta diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Seperti dalam diskusi tersebut di sajikan sebuah tabel perkalian dan disitu siswa mencari solusinya sendiri dengan cara mereka sendiri pula dan menemukan pola-pola apa yang ada dalam tabel tersebut. Hasilnya pun beragam dan semuanya mengandung nilai yang sesuai dengan matematika. Setelah memperoleh hasil diskusi, siswa mempresestasikan hasil diskusinya dan setiap siswa diberi kesempatan untuk berpendapat. Dalam diskusi, guru tetap memberikan arahan-arahan atau bimbingan kepada semua kelompok tanpa terkecuali dengan lebih khusus mendatangi perkelompok, sehingga mereka lebih jelas dalam memecahkan materi yang sedang di pelajarinya. Dengan begitu, siswa tidak hanya mengerti jawaban soal atau materi pelajaran saja, namun siswa juga memahami seluk beluk soal atau materi pelajaran tersebut. Diakhir diskusi, siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi. disini sangat tampak interaksi yang saling bersinergi antara guru dan siswa.
Dalam proses pembelajaran, apresiasi sangat penting diberikan kepada siswa berupa motivasi atau pujian yang berupa kata-kata ataupun sikap, karena dengan apresiasi yang diberikan oleh guru dapat mendorong siswa untuk lebih semangat dalam mengembangkan kemampuan mereka dalam belajar dan siswa menjadi lebih percaya diri dalam berpendapat. Dalam pembelajaran di Jepang, siswa tidak hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran, namun siswa dijadikan sebagai subjek pembelajaran atau dengan kata lain metode yang digunakan berorientasi pada siswa. Dalam pembelajaran yang inovatif, guru berperan sebagai fasilitator dalam mengembangkan kemampuan dan potensi mereka. Dan di Negara Jepang menurut apa yang saya amati dalam video tersebut sudah menerapkan hakikat matematika sekolah yaitu mencari pola, problem solving, investigasi dan komunikasi. Semoga pendidikan di Indonesia dapat mengadopsi sistem pendidikan di Negara Jepang yang lebih mengutamakan proses atau kualitatif daripada kuantitatifnya, sehingga Indonesia pada tahun 2045 menjadi negara maju dengan SDM yang berkualitas.

Thanks to : Bapak Dr. Marsigit, MA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar