Kamis, 14 Maret 2013

REFLEKSI "Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 2: Intuisi dalam Matematika (2) "


      Setelah membaca artikel ini, saya menjadi paham bahwa Intuisi matematika itu akan muncul setelah adanya tahap olah pengalaman (experience) matematika. Peran intuisi dalam pendidikan khususnya pendidikan matematika sangat penting. Dengan adanya intuisi yang dimiliki oleh siswa, siswa dapat memecahkan permasalahan dalam matematika dan mereka dapat memahami matematika dengan mudah menggunakan cara mereka sendiri. Namun saat ini tidak sedikit siswa kehilangan intuisinya karena sistem pembelajaran yang kurang tepat. Metode tradisional dapat menghambat intuisi seorang anak, metode yang tradisional ini menjadikan guru sebagai pusat perhatian dan siswa hanya sebagai objek yang harus memberikan perhatian penuh pada gurunya, sehingga siswa kurang diberi kesempatan dalam membangun pengetahuannya sendiri yang menyebabkan mereka kurang percaya diri dan sedikit demi sedikit mereka kehilangan intuisinya, padahal intuisi sangat berperan penting dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika, karena menurut Bruner (1974) dan Hart (1993) mengungkapkan bahwa dalam memecahkan masalah matematika, ada dua pendekatan yaitu secara analitik dan intuisi.
      Ujian Nasional dianggap oleh sebagian besar siswa adalah momok besar yang menegangkan dalam hidupnya, tidak sedikit guru juga yang berusaha dengan segala cara agar siswanya lulus dengan nilai yang baik, dengan kata lain lebih mementingkan aspek kognitif dan mengesampingkan aspek afektif dan psikomotorik anak didiknya. Para guru cenderung lebih memanjakan siswa dengan rumus-rumus praktis dan soal-soal yang pemecahan permasalahannya sudah di tentukan oleh guru tersebut dengan cara yang singkat tanpa proses. Tanpa disadari hal itu membuat para siswa terhambat kreativitasnya dan sedikit demi sedikit kehilangan intuisinya, hal tersebut dapat berakibat fatal bagi anak tersebut.

Thanks to : Bapak Dr. Marsigit, MA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar