REFLEKSI “Forum Tanya Jawab 63: Bagaimana Siswa Bisa Menentukan Kurikulum?"
Artikel Bapak Marsigit yang berjudul “Forum Tanya Jawab 63: Bagaimana Siswa Bisa Menentukan
Kurikulum?” sangat menarik dan bermanfaat bagi kami para pembaca. Saya menjadi
sadar betapa ironinya pendidikan di Indonesia. Perlu disadari bahwa setiap
siswa memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda-beda antara anak yang satu
dengan yang lainnya, namun sistem pendidikan di Indonesia terutama pada metode
mengajar yang digunakan oleh para sebagian besar guru di Indonesia selama ini
cenderung tradisional yang bersifat otoriter, sedangkan kita ketahui bersama
bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi. Sistem pendidikan di Indonesia di
atur oleh pemerintah pusat termasuk pada kurikulum yang di atur dan di buat
oleh pemerintah pusat, kurikulum tersebut pasti bersifat umum untuk semua
peserta didik secara umum tanpa melihat kemampuan dan potensi yang berbeda-beda
dari setiap siswa. Seperti yang disampaikan pada artikel Bapak diatas bahwa
budaya dan kebiasaan kita bangsa Indonesia selama ini, memaknai kurikulum
sebagai suatu garis besar rencana implementasi pendidikan yang disusun oleh pemerintah
melalui para pakarnya. Dan kebiasaan tersebut sudah mengakar sejak zaman
Belanda dahulu. Kurikulum yang dibuat oleh pemerintah pusat bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, namun mengapa Indonesia masih
tertinggal dengan bangsa lain dalam hal pendidikan?. Seperti hasil wawancara
yang telah Bapak Marsigit lakukan di London, sungguh luar biasa sistem
pendidikan di London. Sistem pendidikan di Inggris bertolak belakang dengan sistem
pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan di Inggris menganut sistem
desentralisasi pendidikan, yaitu bahwa Kurikulum itu adalah urusan sekolah
masing-masing. Pbm matematika di London,
menganut paradigma : pada waktu yang berbeda, berbeda-beda siswa, mempelajari
matematika yang berbeda, dengan kecepatan dan kemampuan yang berbeda, dengan
hasil yang boleh berbeda pula. Disini sangat jelas bahwa pendidikan disana
berorientasi pada siswa, kurikulum yang digunakan pun disesuaikan dengan
kebutuhan siswa. Paradigma tersebut sangat bertolak belakang pula pada pembelajaran matematika di Indonesia yang bersifat untuk waktu yang sama, berbeda-beda siswa, dituntut mempelajari
matematika yang sama, dengan hasil yang harus sama, yaitu sama dengan yang
dipikirkan oleh gurunya. Sedangkan kemampuan setiap anak pasti berbeda-beda. Disini LKS dan lembar portfolio sangat penting
untuk melayani kebutuhan siswa yang berbeda-beda. Indonesia perlu berbenah diri
dan merubah paradigma pendidikan yang selama ini telah mengakar, sehingga
sistem pendidikan di Indonesia mampu menghasilkan peserta didik yang
berkualitas. Tetapi perlu di ingat bahwa perubahan itu harus melalui beberapa
proses yang bertahap. Sehingga perubahan itu dapat terwujud dengan dukungan
dari semua komponen yang saling berhubungan. Amin.
Thanks to : Bapak Dr. Marsigit, MA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar